Senin, 13 Januari 2014

PEMANFAATAN CERMIN CEMBUNG UNTUK PENGAWAS PENDAMPING (PENDALAMAN MATERI PADA DIKLAT GURU SAINS MI)


PEMANFAATAN CERMIN CEMBUNG
UNTUK PENGAWAS PENDAMPING
(PENDALAMAN MATERI PADA DIKLAT GURU SAINS MI)
Oleh : Jarot Iswanto
(Widyaiswara Balai Diklat Keagamaan Surabaya)

ABSTRAKSI Untuk mengoptimalkan pengawasan di suatu ruangan (kelas), maka perlu dilengkapi dengan alat optik yang berfungsi untuk memantulkan benda (yang menjadi obyek pengawasan). Alat optik yang berfungsi untuk memantulkan benda adalah menggunakan cermin. Tidak semua cermin dapat menghasilkan pemantulan yang maksimum. Dari ketiga cermin yang ada yaitu cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk menghasilkan bayangan yang maksimal dalam ruang yang cukup luas, sebaiknya menggunakan cermin cembung, agar dari jarak tertentu wujud benda masih dapat ditangkap oleh alat optik tersebut. Cermin cembung dapat dimanfaatkan untuk pengawas pendamping.
Kata kunci : Cermin Cembung, pengawas pendamping
PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari sangat dibutuhkan pengawasan untuk menjaga ketertiban dan keamanan. Demikian pula dalam pelaksanaan Ulangan/Ujian di Madrasah yang selama ini dilakukan oleh seorang guru/pengawas, sangat menyita perhatian dan energi dari seorang pengawas. Untuk mengoptimalkan pengawasan di kelas, maka perlu dilengkapi dengan alat optik yang berfungsi untuk memantulkan benda (yang menjadi obyek pengawasan), agar dari jarak tertentu masih dapat ditangkap oleh alat optik tersebut. Sifat pemantulan dan bayangan pada cermin selalu kita alami dalam keseharian. Pemantulan cahaya terbagi atas pemantulan cahaya teratur dan pemantulan cahaya baur. Pemantulan teratur terjadi pada cermin, sedang
2
pemantulan tidak teratur dapat terjadi pada permukaan air yang bergelombang. Pada tulisan ini penulis hanya membahas pemantulan yang teratur yang terjadi pada cermin. Alat optik yang berfungsi memantulkan benda adalah cermin. Ada tiga jenis cermin, yaitu cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung. Untuk mengetahui bagaimana pemantulan yang terjadi pada cermin cembung maka dilakukanlah praktikum yang berhubungan dengan hal tersebut.
BERKAS CAHAYA PADA BENDA Setiap berkas cahaya yang mengenai benda akan mengalami beberapa peristiwa antara lain : 1. Cahaya akan diteruskan secara sempurna. 2. Cahaya akan mengalami pemantulan. 3. Cahaya akan mengalami pembiasan. 4. Cahaya akan mengalami penyerapan. Berdasarkan teori di atas maka benda dibagi menjadi 4 macam. 1. Benda bening. Yaitu benda yang akan meneruskan cahaya yang diterimanya. Contoh : kaca, plastik transparansi, dll. 2. Cermin. Yaitu benda yang berfungsi memantulkan cahaya yang diterimanya. Contoh : cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung. 3. Lensa. Yaitu benda yang berfungsi membelokkan (membiaskan) cahaya yang diterimanya. Contoh : lensa cembung dan lensa cekung. 4. Benda gelap. Yaitu benda yang akan menyerap semua cahaya yang diterimanya. Contoh : ruang gelap, benda hitam, dll.
3
CAHAYA Cahaya adalah salah satu bentuk energi yang memiliki kecepatan 3.108 m/s. Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik, yang dalam perambatannya tidak memerlukan medium perantara. Sebagai gelombang elektromagnetik, cahaya dapat mengalami pemantulan (refleksi), pembelokan (refraksi), dapat mengalami peruaraian (difraksi), dan dapat mengalami perpaduan (interferensi). PEMANTULAN CAHAYA Setiap sumber cahaya yang mengenai cermin akan mengalami pemantulan. Pemantulan yang terjadi mengikuti hukum pemantulan dari Snellius. Snellius menyatakan bahwa : 1. Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal berpotongan pada satu titik dan terletak pada satu bidang datar. 2. Sudut datang (i) sama dengan sudut pantul (r), secara matematis i = r. Berkas cahaya yang mengenai cermin disebut sinar datang, sedang berkas cahaya yang meninggalkan cermin disebut sinar pantul. Garis yang tegak lurus permukaan cermin disebut garis normal. CERMIN Benda optik yang berfungsi memantulkan cahaya yang diterimanya disebut cermin. Ada tiga macam bentuk cermin, yaitu : 1. Cermin datar 2. Cermin cembung 3. Cermin cekung Dalam tulisan ini, dibatasi hanya untuk cermin cembung. Cermin cembung merupakan cermin yang memiliki jari-jari kelengkungan tertentu, yang permukaan optiknya melengkung ke luar.
4
Jalannya sinar-sinar istimewa pada cermin cembung dapat dilukiskan sebagai berikut : a. Sinar datang sejajar sumbu utama, akan dipantulkan seolah-olah berasal dari titik fokus b. Sinar datang menuju titik fokus akan dipantulkan sejajar sumbu utama. c. Sinar datang menuju pusat kelengkungan titik M (2F) akan dipantulkan seolah-olah dari titik itu juga. Bayangan yang dibentuk pada cermin cembung adalah maya, yaitu bayangan yang terjadi karena pertemuan perpanjangan sinar-sinar cahaya. Sinar cahaya adalah sinar yang terdapat di depan cermin sedangkan perpanjangan sinar cahaya yang dimaksud adalah menuju bagian belakang cermin. Pada cermin cembung semua bayangan yang dibentuk bersifat maya, tegak dan diperkecil. Secara grafis perjalanan berkas cahaya dapat dilihat pada gambar berikut:
5
Untuk lebih memudahkan dalam memahami istilah-istilah di atas, maka istilah-istilah yang dipakai pada tulisan ini perlu didefinisikan sebagai berikut. a. Sinar datang Adalah salah satu berkas cahaya yang bergerak lurus ke permukaan cermin b. Sinar pantul Adalah sebagian sinar yang dipantulkan oleh cermin. c. fokus utama atau titik fokus (F) Merupakan sebuah titik pada sumbu utama tempat berkumpulnya sinar-sinar sejajar yang mendatangi cermin cembung. d. Pusat kelengkungan Pusat kelengkungan yang dimaksud di sini adalah pusat kelengkungan cermin. e. Jari-jari kelengkungan R Jari-jari kelengkungan R merupakan jari-jari bola cermin. f. Sumbu utama Adalah garis lurus yang menghubungkan antara pusat kelengkungan dan verteks.
PELAKSANAAN PRAKTEK
Untuk membuktikan teori pemantulan cahaya pada cermin cembung, maka perlu dilakukan praktek. Sebelum melakukan praktek perlu difahami terlebih dahulu tentang konsep pemantulan, besarnya sudut datang, besar sudut pantul, ketinggian penempatan cermin cembung dan posisi meletakkan cermin.
6
Praktek dilakukan di ruang kelas pelatihan yang memiliki ukuran panjang 9 m, lebar 8 m dan tinggi plafon 4 m. Posisi pengawas/guru berada 1,5 m dari dinding bagian depan, sedang tempat duduk peserta (siswa) paling belakang berada 0,6 m dari dinding bagian belakang kelas. Langkah – langkah yang di tempuh pada saat praktek/percobaan adalah sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan · Menyiapkan alat dan bahan : a. 2 Cermin cembung/spion kendaraan (truk) dengan jari-jari 15 cm b. 1 Mistar kayu 100 cm c. sinar laser/sumber cahaya d. busur derajat e. pegangan cermin 2. Tahap Percobaan a. letakkan cermin cembung di pojok ruang kelas bagian belakang dengan ketinggian ± 1.5 – 2.5 m. b. Arahkan cermin cembung dengan sudut kemiringan horisontal sekitar 40° - 45° dan sudut kemiringan vertikal sekitar 30°- 45°. c. Tempatkan seorang/beberapa siswa sebagai benda uji pengamatan di bebarapa meja/tempat duduk siswa. d. Bidiklah cermin cembung dengan sinar laser (sebagai pengganti pengamat). e. Beri tanda tempat jatuhnya pemantulan sinar laser. f. Lakukan pengamatan oleh pengawas, sementara peserta yang lain mengatur sudut kemiringan cermin, baik dari sisi horisontal maupun sisi vertikal, sampai diperoleh bayangan yang maksimal. g. Catat hasil pengamatan sudut kemiringan, baik horisontal maupun vertikal.
7
h. Lakukan beberapa kali praktek untuk mendapatkan hasil pengamatan yang maksimal. 3. Tahap Akhir Pada tahap ini dilakukan pengumpulan, pengolahan, dan analisis data. Data hasil percobaan
No
Tinggi cermin
Sudut Tegak
Keadaan Bayangan
1
200 cm
20°
Kelihatan posisi depan saja
2
200 cm
30°
Kelihatan posisi depan dan tengah, posisi belakang tak terlihat
3
250 cm
20°
Kelihatan posisi depan, tengah dan sebagian belakang
4
250 cm
30°
Kelihatan seluruh posisi Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa untuk menghasilkan bayangan yang sempurna perlu penempatan cermin cembung dengan tepat. Untuk kondisi kelas ruang pelatihan dengan ukuran ruang: panjang 900 cm, lebar 800 cm dan tinggi 400 cm, maka pemasangan cermin cembung yang dapat menghasilkan bayangan maksimum adalah pada ketinggian 250 cm di bagian pojok belakang kelas dengan sudut vertikal sekitar 30°. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN Untuk mendapatkan hasil pengamatan (pengawasan) yang maksimal perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Mengatur letak cermin.
Cermin perlu diletakkan dengan tepat untuk menghasilkan bayangan yang maksimal. Cermin perlu digeser-geser sampai menemukan posisi atau sudut yang tepat. Cara mengukur sudut adalah menyesuaikan
8
dengan garis extra pada cermin dan berapa derajat sudut siku-siku (dekat, samping atau belakang) cermin dan kemiringan vertikal.
2. Mengatur posisi tempat duduk guru/pengawas dan posisi siswa.
Dalam pengaturan posisi ini berkaitan dengan letak bayangan yang dihasilkan dalam cemin. Diusahakan cermin harus memenuhi persyaratan-persyaratan yaitu guru/pengawas dapat melihat bayangan seluruh siswa yang ada di dalam ruang tersebut.
3. Mengukur letak ketinggian cermin
Dalam mengukur letak ketinggian cermin diperlukan beberapa penempatan ketinggian, agar hasil pengamatan dapat lebih optimal. Pada percobaan ini dilakukan dengan ketinggian 150 cm sampai 250 cm.
4. Mengukur sudut
Mengukur sudut menggunakan busur. Busur yang digunakan dalam mengukur sudut ini adalah busur yang besar maupun busur kecil. Cara mengukur sudut adalah menyesuaikan garis extra pada cermin dan berapa derajat sudut siku-siku (dekat, samping atau belakang) cermin dan kemiringan vertikal.
KESIMPULAN
Sifat dari cermin adalah memantulkan cahaya. Dalam meletakkan cermin yang tepat diperlukan sudut yang tepat, sudut itu sendiri dibagi menjadi 2, yaitu : sudut vertikal dan sudut horizontal. Untuk ruang kelas yang memilik ukuran ruang yang berbeda, maka penempatan cermin cembung dapat diatur sedemikian rupa, sehingga menghasilkan bayangan yang maksimal. Untuk menghasilkan bayangan yang lebih sempurna disarankan menggunakan cermin cembung yang berbentuk bulat, agar bayangan seluruh ruangan dapat terlihat dengan sempurna. Dengan pemasangan cermin cembung yang tepat dapat membantu guru dalam melakukan tugas pengawasan di kelas.
9
DAFTAR PUSTAKA Suroso AY, Anna P, Kadiawarman, 2003. Ensiklopedi Sains dan kehidupan. Jakarta. CV Tarity Samudra Berlian. Azmiyawati, Choiril, Wigawati, Rohana, 2008. IPA Salingtemas 5 untuk SD/MI kelas V. Jakarta. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Harmi, Sri. 2008. Lebih Akrab dengan IPA 5 untuk SD/MI kelas V. Solo. Tiga Srangkai Kanginan, Marthin, 2007. FISIKA Untuk SMP Kelas VIII. Jakarta : Erlangga
http://bdksurabaya.kemenag.go.id/file/dokumen/PEMANFAATANCERMINCEMBUNGUNTUKPENGAWASPENDAMPING.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar