Senin, 13 Januari 2014

Model Pembelajaran Chain Writting sebagai alternatif Pembelajaran Menulis

Model Pembelajaran Chain Writting sebagai alternatif Pembelajaran Menulis
(Bahan Pengayaan Diklat Guru Bahasa Inggris)

Abstrac
Teaching english as a second language means teaching four skills, they are listening, reading, speking and writting. In fact, it is hard for teachers to teach writting. As we know teaching writting is not only produce a write but also gramatical form and syntatic pattern based on the difficulty of teaching writting. In this articles the writer offers a model to teach writting which calls Chain writting. A model is used to produce a write in a group as a train for student to produce individually.
Key word: second language, chain writting.
A. Pendahuluan
Bahasa sebagai alat komunikasi memiliki peran sentral dalam meningkatkan perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan diharapkan mampu menunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.oleh sebab itu pembelajaran bahasa terutama bahasa Inggris sebagai bahasa kedua hendaknya mengajarkan keempat kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik.
Pembelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis. Belajar tidak hanya sekedar menghafal, siswa harus mengkonstruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri. Anak belajar mengalami, mencatat sendiri pola pola bermakna dari pengetahuan baru dan bukan diberi begitu saja oleh guru
Proses belajar mengajar merupakan kegiatan utama sekolah. Dalam proses ini siswa membangun makna dan pemahaman dengan bimbimgan guru. Kegiatan belajar mengajar hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan hal hal secara lancar dan termotivasi. Suasana belajar yang diciptakan guru harus melibatkan siswa secara aktif. Di, sekolah terutama guru diberikan kebebasan untuk mengelola kelas yang meliputi strategi, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran yang efektif, disesuaikan dengan karakteristik materi, siswa, guru dan sumber daya yang tersedia di sekolah.
Pada kenyataannya di sekolah untuk bisa mengajarkan keempat kemampuan secara seimbang bukanlah cara yang mudah, terutama dalam mengajar kemampuan menulis (writting), kemampuan yang satu ini sering sulit untuk diajarkan. Hal ini disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur diluar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi
tulisan.Baik unsur bahasa maupun unsur isi haruslah terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan tulisan yang runtut dan padu. Agar dapat mengajarkan pembelajaran dengan baik diperlukan suatu kejelian dari pengajar untuk dapat memilih dan menggunakan strategi maupun metode pembelajaran. Penulis menawarkan suatu metode pembelajaran yang bisa dipakai sebagai alternatif dalam pembelajaran menulis (writting). Metode ini dinamakan Chain writting, metode ini sangat effektif untuk menumbuhkan kebiasaan menulis bagi peserta didik.
B. Pembahasan.
1. Sejarah Chain Writting
Pada Zaman dahulu di Cina, orang yang ingin menjadi pelukis akan diberi contoh lukisan yang sudah jadi dan baik, yang mana lukisan tersebut dibuat oleh seorang master, yaitu seorang ahli melukis yang sudah terkenal. Sang calon pelukis disuruh meniru lukisan master tadi sampai sebisa-bisanya, semirip mungkin. Sesudah sepuluh-dua puluh kali mencoba, sang murid akan mendapatkan sebuah master baru untuk ditiru. Begitulah seterusnya sampai sang calon pelukis itu bisa melukis sendiri, dan mulai menemukan bentuk yang khas yang sesuai dengan kepribadiannya. Metode ini dinamakan Copy the Master, yang artinya menirukan tulisan seorang ahli (Marahimin, 2001:21).
Lain di Cina, lain pula di Barat. Kata orang kalau kita belajar melukis cara Barat, kita belajar mulai dari garis dan bentuk dulu, kemudian anatomi, perspektif, warna, dan sebagainya menurut urutan-urutan yang sesuai dengan pendirian guru yang mengajar.
Pembelajaran menulis karangan pun mengenal kedua metode itu, yaitu melalui kaidah-kaidah yang disuruh hafalkan, dan copy the master. Belajar menulis karangan melalui kaidah-kaidah menurut hemat penulis adalah ibarat belajar berenang di darat, dan juga cara copy the master yang justru mematikan kreativitas siswa.
Tujuan orang menulis adalah untuk menjelaskan dan melaporkan responnya atas suatu pengalaman yang menarik, menyenangkan atau menyedihkan dalam hidup ini (Barnet, 1979: 27). Sesuatu pengalaman yang menarik, menyenangkan ataupun menyedihkan itu bisa berbentuk sesuatu yang bisa dilihat, didengar, dirasakan, maupun dalam bentuk yang lain. Berangkat dari pemikiran inilah, memperdengarkan karangan atau menayangkan cerita pengalaman adalah merupakan sumber pembelajaran menulis yang sangat efektif.
2. Metode metode pembelajaran writing menurut para ahli
Chandrasegaran (2002) menjabarkan bahwa pada pengajaran menulis terdapat prinsip
prinsip umum.Adapun prinsip prinsip tersebut dikategorikan dengan Bagaimana (How), Apa (What) dan mengapa (Why). Dalam “ bagaimana” ditekankan cara pengajar membantu peserta didik untuk memperbaiki tulisannya sebelum diserahkan. Untuk pertanyaan “apa” pelajar perlu memerinci aspek
mana yang menjadi perhatian bagi peserta didik dalam tulisannya sebelum diserahkan. Paada pertanyaan “kapan” meliputi saat yang tepat untuk memberikan penjelasan.
Hedge (2002) berpendapat bahwa ketika menulis, peserta didik harus selalu memikirkan pembacanya dan selalu mencoba menghasilkan tulisan yang meletakkan fokus pada pembacanya. Dengan kata lain peserta didik perlu memikirkan apa yang pembaca butuhkan untuk diketahui, bagaimana membuat informasi yang diungkapkan menjadi jelas dan dapat dimengerti serta kesesuaian gaya bahasa yang diperlukan.
Ditambahkan Hedge (2001) peserta didik perlu waktu yang cukup untuk belajar menentukan jenis teks yang berbeda guna mengembangkan ketrampilan menulisnya dalam memahami sebuah tulisan yang baik. Peserta didik perlu banyak praktik menulis. Selain itu Hedge mengingatkan untuk memberikan latihan menulis yang cukup terutama jika peserta didik merasa lemah dalam menulis.Mereka harus mulai mengembangkan rasa percaya dirinya agar mau latihan baik di dalam maupun di luar kelas. Pengajar perlu menumbuhkan motivasi peserta didik untuk mengembangkan aktivitas menulis.
Ziv (1984) menyampaikan bahwa beberapa pengajar memulai prosedur dalam mengajar menulis bahasa asing dengan menugaskan peserta didik menyusun suatu karangan. Pada umumnya peserta didik mengumpulkan karangannya untuk dibaca pengajar. Pengajar memberikan penilaian atas komentar atas karangan tersebut dan biasanya hasil tersebut dikembalikan kepada peserta didik. Peserta didik akan memulai lagi karangan yang lain dengan prosedur yang sama.
Disis lain Hedge (2002) menyatakan bahwa prosedur tradisional pengajaran menulis dengan memberi tugas kepada peserta didik untuk menulis, menilainya, dan mengembalikan tulisan tersebut, kurang mengakibatkan efek positif. Prosedur yang sekarang banyak diterapkan oleh praktisi adalah menggunakan pendekatan proses. Selanjutnya beliau menyampaikan dua metode pengajaran proses menulis yang banyak diterapkan yaitu conferencing dan reformulation. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
Conferencing merupakan pengajaran menulis yang mendiskusikan permasalahan dengan tiap individu peserta didik yang sedang menyelesaikan tulisannya. Dengan pertanyaan yang cermat pengajar dapat membantu peserta didik memperoleh ide bersama.Sesudah itu peserta didik menyusun ide ide untuk mencaribentuk bentuk bahasa yang tepat guna penyususnan karangan.
Reformultion dilakukan dengan cara pemberian sebuah model karangan peserta didik ketika mengerjakan proses pembuatan draft pertama dari karangannya dapat mengacu kepada model karangan tersebut. Selanjutnya peserta didik dapat meneruskan karangannya sendiri untuk melakukan beberapa perbaikan. Peserta didik dapat membandingkan model yang diberikan pengajar dengan hasil tulisan mereka.
Sejalan dengan cara reformultion diatas, Doff (1999) menyarankan agar aktivitas pengajaran menulis serupa yang dilakukan secara terkontrol. Dalam pembelajaran menulis terkontrol, peserta didik jangan hanya menyalin dan hanya mengerjakan latihan berdasarkan model yang telah diberikan.
Mereka juga harus diberikan tugas lain untuk mengembangkan model tersebut, sehingga peserta didik memikirkan kelanjutannya berdasarkan ide ide mereka sendiri.
Cara pengajaran konvensional lainnya dijelaskan oleh Hedge (2002) melalui aktivitas yang diawali dengan Perencanaan (planning), perbaikan (revising) dan menghasilkan tulisan berdasarkan pembaca (producing “reader-based” process). Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.
Peserta didik harus berkonsentrasi pada keseluruhan makna dan organisasi teks serta terlibat dalam perencanaan.langkah ini meliputi pemikiran tentang tujuan penulisan karangan. Lamanya waktu untuk perencanaan akan bervariasi dari penulisan yang spontan sampai dengan yang membutuhkan pemikiran mendalam.
Peserta didik ketika menulis melakukan beberapa perubahan pada tulisannya setelah melakukan refleksi. Selama refleksi, peserta didik embaca kembali kalimat kalimat yang telah ditulisnya. Peserta didik melihat kembali rencana yang telah disusun sebelumnya dengan apa yang terjadi dan apa yang akan dilakukan berikutnya. Oleh karena itu, peserta didik perlu untuk terus melakukan revisi terhadap tulisan yang telah dibuatnya. Penulisan berakhir setelah beberapa revisi dilakukan.
3. Metode Chain Writing
Sebuah penelitian yang diadakan oleh Cohen (1994) dari Stanford University, dengan judul: Restructuring the Classroom, telah sampai pada kesimpulan bahwa kelompok kerja semacam Chain Writing bisa diterima sebagai metode dalam mencapai peningkatan tujuan pembelajaran. Cara seperti ini menghasilkan pemerolehan belajar, pengembangan daya pikir yang lebih tinggi, perkembangan perilaku sosial, cara mengadakan interaksi dan merupakan sebuah cara untuk memanage keheterogenan akademis dalam kelas.
Secara teori, Chain Writing adalah dikerjakan dalam kelompok-kelompok yang akan memberikan kesempatan istimewa pada siswa siswi untuk aktif menulis (Nystrand, 1986), adalah merupakan teknik yang direkomendasikan dalam rekonstruksi sekolah (Newmann, 1986). Teknik kelompok ini juga secara luas direkomendasikan sebagai cara memperoleh derajat rasa persamaan dalam kelas (Oakes and Lipton, 1990). Manfaat dari Chain Writing yang dilaksanakan secara berkelompok ini adalah tersedianya peningkatan kesempatan komunikasi yang besar sesama siswa (Kerr, 1985)
Barness dan Todd (1977) menyimpulkan bahwa belajar secara berkelompok lebih efektif dari cara atau teknik yang lain. Dibanding dengan metode yang lain, kompetisi dan individual, teknik bekerja secara berkelompok mempunyai nilai lebih (Johnson, 1984). Dalam teknik kompetisi, murid bekerja berlawanan dengan yang lain dengan tujuan mencapai sesuatu yang hanya bisa diperoleh oleh seorang siswa, yaitu juara 1. Tentu saja tujuan ini tercapai kalau saja dan jika saja siswa yang lain gagal. Sehingga hanya beberapa siswa saja yang aktif karena mereka mengira hanya merekalah yang
bisa mencapai tujuan itu, sementara sebagian besar siswa yang lain hanya ogah-ogahan karena mereka yakin tidak memperoleh kesempatan sebagai juara 1.
Secara singkat perbedaan antara metode Chain Writing dengan teknik tradisional adalah: Chain Writing Tradisional o kerja sama o persamaan individu o heterogen o pembagian kepemimpinan o pembagian tanggung jawab pada masing-masing individu o ditekankan pada tugas dan penyelesaiannya o ketrampilan bersosialisasi diperoleh langsung o guru sebagai fasilitator o grup memproses keaktifannya o tanpa kerjasama o tanpa persamaan individu o homogen o tanpa pembagian kepemimpinan o tanggung jawab hanya ada pada diri pribadi o ditekankan pada tugas individu saja o ketrampilan bersosialisasi diabaikan o guru sebagai pusat pembelajaran (teacher centered) o tanpa proses gruping
Adapun strategi pembelajaran menulis karangan dengan menggunakan Chain Writing ini adalah sebagai berikut:
(1) Menyediakan kertas plano, marker (spidol), selotip, dan gunting.
(2) Menyiapkan contoh naskah/teks yang berisi tentang teks yang hendak di tugaskan.
(3) Memperdengarkan/mempertunjukkan kepada siswa contoh teks.
(4) Meminta siswa untuk memusatkan pikiran dan memperhatikan Tujuan penulisan teks, Rhetorical structure dari text elements dalam genre yang dipilih tersebut (perlu diingat bahwa masing masing genre memiliki text elemen yang berbeda).
(5) Mengamati dan merumuskan secara bersama penulisan Teks yang telah ditentukan.
(6) Mereview penjelasan tentang kriteria karangan yang baik yaitu menggunakan pemilihan kata-kata yang tepat, penggunaan ejaan yang benar, keterkaitan antara kalimat sebelum dan sesudahnya yang harus nyambung, dan adanya kalimat penutup yang bagus.
(7) Membagi kelas menjadi kelompok kelompok, (menyesuaikan dengan jumlah siswa dalam satu kelas).
(8) Menempel kertas plano yang telah diawali dengan tulisan frasa pembuka, (bisa juga dituliskan Judul atau tema dari karangan yang harus diselesaikan oleh peserta didik) di
dinding.
(9) Mempersilahkan masing masing kelompok untuk mengambil jarak sekitar 5 meter, dengan cara berbaris berbanjar ke belakang pada masing masing kelompok yang telah ditentukan.
(10) Memulai Chain Writing (menuliskan satu kalimat secara bergantian, tiap anak mendapat satu kali kesempatan, bisa disesuaikan dengan merumuskan aturan yang disepakati).
(11) Mendiskusikan hasil tulisan yang telah dibuat dalam kelompok (susunan kalimat, ejaan dan keterkaitan kalimatnya,dsb).
(12) Menilai bersama sama hasil menulis teks.
(13) Mengadakan refleksi secara bersama-sama.
Pembelajaran ini disebut Chain Writing karena fokusnya adalah menulis secara berantai untuk menghasilkan suatu teks (written text). Di dalam proses ini ditumbuhkan kepada peserta didik bahwa untuk menghasilkan suatu karangan atau tulisan tidak sesulit dan serumit apa yang mereka bayangkan.
4. Penilaian
Merespon secara positif terhadap usaha maupun kelebihan peserta didik dalam latihan menulis merupakan hal yang harus dilakukan pengajar agar dapat memotivasi dan menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik dalam proses menulis.
Penilaian dilakukan baik ketika proses penyusunan maupun hasil yang telah diselesaikan oleh peserta didik. Sesuai Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang standar penilaian menggunakan Penilaian Autentik dimana dalam penilaian ini guru mengukur, memonitor dan menilai semua aspek hasil belajar (yang mencakup dalam domain kognitif, afektif dan psikomotor) baik yang tampak sebagai hasil akhir dari suatu proses pembelajaran, maupun berupa perubahan dan perkembangan aktivitas, dan perolehan belajar selama proses pembelajaran didalam kelas maupun di luar kelas.
Adapun lembar penilaian bisa menggunakan tabel berikut:
Lembar Pengamatan Proses Lembar Kegiatan Diskusi
Tema : …………………………
No.
Nama Siswa
Aspek Pengamatan
Kerjasama
Mengkomunikasikan Pendapat
Toleransi
Keaktifan
Menghargai Pendapat Teman
Jumlah Skor
Nilai=(Jumlah skor/
Jumlah skor maksimum)x100
1
2
3
KeteranganSkor: Kriteria Nilai
Masing masing kolom diisi dengan kriteria A = 80 - 100 : Baik sekali
4 = Baik Sekali B = 70 – 79 : Baik
3 = Baik C = 60 – 69 : Cukup
2 = Cukup D = < 60 : Kurang
1 = Kurang
Lembar Penilaian Presentasi
Tema : ..........................................
Kelas/Semester : …………………………
No.
Nama Siswa
Aspek Penilaian
Komunikasi
Sistematika penyampaian
Wawasan
Keberanian
Antusias
Gesture dan Penampilan
Jumlah Skor
Nilai=(Jumlah skor/Jumlah skor maksimum)x100
1
2
KeteranganSkor: Kriteria Nilai
Masing masing kolom diisi dengan kriteria A = 80 - 100 : Baik sekali
4 = Baik Sekali B = 70 – 79 : Baik
3 = Baik C = 60 – 69 : Cukup
2 = Cukup D = < 60 : Kurang
1 = Kurang
Lembar Pengamatan Kegiatan Siswa di kelas
KD : ………………………………………………
Tema : ………………………………………………
Nama :…………………………
No.
Aspek Perilaku
Kategori
4
3
2
1
Keterangan
1
2
3
4
Keterangan:
4 = Sangat Baik / selalu
3 = Baik / sering
2 = Cukup / kadang kadang
1 = Kurang / Tidak pernah
C, Penutup
Demikianlah sebuah sumbangan pemikiran kecil tentang metode pembelajaran menulis (writting) mudah mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua. Di bawah ini saya berikan contoh RPP yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran menulis (Writting) sesuai dengan kurikulum 2013
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan pendidikan : SMA
Kelas / semester : X / 1
Tema / topik : Teks Deskriptif
Petemuan ke : 2
Alokasi waktu : 2x 45 menit
A. KOMPETENSI INTI
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
B. KOMPETENSI DASAR
1.1 Mensyukuri kesempatan dapat mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar komunikasi internasional yang diwujudkan dalam semangat belajar.
2.1. Menunjukkan perilaku santun dan peduli dalam melaksanakan komunikasi antar pribadi dengan guru dan teman.
2.2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam melaksanakan komunikasi transaksional dengan guru dan teman.
2.3. Menunjukkan perilaku tanggung jawab, peduli, kerjasama, dan cinta damai, dalam melaksanakan komunikasi fungsional.
3.7. Menganalisis fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan pada teks deskriptif sederhana tentang orang, tempat wisata, dan bangunan bersejarah terkenal, sesuai dengan konteks penggunaannya.
4.10 Menyusun teks deskriptif lisan dan tulis, sederhana, tentang orang, tempat wisata, dan bangunan bersejarah terkenal, dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan yang benar dan sesuai konteks.
C. INDIKATOR
4.10.1. Memberikan contoh teks yang berbentuk diskriptif
4.10.2. Menyusun teks diskriptif tulis dengan menggunakan teknik chain writting , sederhana tentang tempat wisata
D. MATERI POKOK
Menyusun teks deskriptif tentang tempat wisata
E. TUJUAN
Setelah mengikuti proses pembelajaran melalui model pembelajaran cooperativs learning dengan tipe chain writting, peserta didik dapat:
1. Berperilaku baik (jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli/kasih sayang, dan percaya diri) dalam berinteraksi dengan guru
2. Berperilaku patuh pada aturan/kebiasaan yang berlaku dalam kehidupan sehari – hari di sekolah.
3. Menyusun teks diskriptif tulis dengan menggunakan teknik chain writting sesuai dengan kaidah yang ada dengan baik dan benar.
F. MATERI PELAJARAN
Menyusun teks Diskriptif
G. PENDEKATAN & METODE
Pendekatan : Scientific
Strategi : Cooperative Learning(Pakem)
Teknik : Chain writting
Metode : Penugasan, Tanya Jawab, Diskusi Dan Ceramah
H. KEGIATAN PEMBELAJARAN Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu
Pendahuluan
1. Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan masing-masing (untuk mengawali kegiatan pembelajaran)
2. Melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa
3. Mengajak berdinamika dengan melakukan Brain gym
4. Mengajak siswa untuk memahami manfaat Brain gym
5. Dilanjutkan dengan bertanya jawab tentang materi tentang teks deskriptif yang telah didiskusikan sebelumnya
15 menit
Inti
1. Mencermati Contoh teks deskriptif (Mengamati)
60 menit
2. Bertanya tentang ciri-ciri teks deskriptif, ( menanya) al:
 Mendengarkan jawaban siswa tentang teks deskriptif
 Memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab.
 Pemerataan siswa dalam menjawab (tidak di dominasi oleh salah satu siswa saja).
 Memperhatikan siswa lain yang tidak berani memberikan jawaban.
 Mendorong keberanian siswa dalam menjawab dan sikap siswa dalam memberikan klarifikasi tentang benar dan tidaknya jawaban.
3. Membagi kelas menjadi kelompok kelompok, (menyesuaikan dengan jumlah siswa dalam satu kelas).
4. Menempel kertas plano yang telah diawali dengan tulisan frasa pembuka, (bisa juga dituliskan Judul atau tema dari karangan yang harus diselesaikan oleh peserta didik) di dinding.
5. Mempersilahkan masing masing kelompok untuk mengambil jarak sekitar 5 meter, dengan cara berbaris berbanjar ke belakang pada masing masing kelompok yang telah ditentukan.
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu
6. Memulai Chain Writing (menuliskan satu kalimat secara bergantian, tiap anak mendapat satu kali kesempatan, bisa disesuaikan dengan merumuskan aturan yang
Penilaian proses:
a. Guru berkeliling mengamati kerjasama anak dalam mengerjakan tugas.
b. Menilai kerjasamanya, tanggung jawabnya, kedisiplinannya, ke aktifannya, mendominasi atau tidak dsb)
c. Menilai dengan lembar pengamatan perilaku.
7. Mendiskusikan hasil tulisan yang telah dibuat dalam kelompok (susunan kalimat, ejaan dan keterkaitan kalimatnya,dsb).
(eksplorasi)
8. Menilai bersama sama hasil menulis teks.
9. Mengadakan refleksi secara bersama sama (mengasosiasi)
10. Mempresentasikan Hasil teks diskriptif yang dihasilkan oleh kelompok (mengkomunikasikan)
Keterangan:
Diharapkan diskusi akan berkembang pada pembahasan teks diskriptif dengan media yang lain disekitar siswa sehingga siswa memiliki gambaran untuk dapat menghasilkan teks yang lebih baik dan bervariasi.
Penutup
1. Bersama-sama siswa membuat kesimpulan / rangkuman hasil belajar selama sehari
15 menit
2. Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari (untuk mengetahui hasil ketercapaian materi)
3. Melakukan penilaian hasil belajar
4. Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan masing-masing (untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran)
 Mengamati sikap siswa dalam berdo’a (sikap duduknya, cara membacanya, cara melafalkannya dsb)
 Apabila ada siswa yang kurang benar dan kurang sempurna dalam berdo’a, maka setelah selesai kegiatan berdo’a, langsung diberi nasehat agar besok kalau berdoa lebih disempurnakan
I. SUMBER DAN MEDIA
 Diri siswa
 Buku bahasa Inggris KelasX
 Video/slide/gambar tentang Teks diskriptif
 Gambar/contoh langsung karya cetak beberapa tempat wisata yang ada di daerah peserta didik
J. PENILAIAN
1. Prosedur Penilaian
a. Penilain Proses
Menggunakan format pengamatan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran sejak dari kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir
b. Penilaian Hasil Belajar
Menggunakan instrumen penilaian hasil belajar dengan tes tulis dan lisan
2. Instrumen Penilaian (terlampir dihalaman sebelumnya)
a. Penilaian Proses
1) Penilaian Kinerja
2) Penilaian Produk
b. Penilaian Hasil Belajar
 Pilihan ganda
 Isian singkat
 Esai atau uraian
Mengetahui Guru Bahasa Inggris Kelas X
Kepala Sekolah,
.................................................... ...............................................
NIP ............................................. NIP ........................................
Daftar Pustaka
Barnet, Sylvan.1979. A short Guide to Writting about Literature. Fourth edition. Boston Toronto:Little, Brown and Company.
Brown, H.D.1994. Principles of Language Learning and Teaching.New Jersey: PrenticeHall Regents Englewood Clifft. San Fransisco State University.
Freeman-Larsen, Diana.1986. Techniques and Principles in Language Teachin.London: Oxford University press
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, (2013), Kurikulum 2013 dan Materi Sosialisasi kurikulum 2013.
Nur, Muhammad 2001. Model Pembelajaran Langsung. Surabaya: Unesa Press.
Silberman, Mel.1996. Active Learning. Diterjemahkan oleh H. Sardjuli,Dkk Massacusetts: A. Simon & Schuster Company.
http://bdksurabaya.kemenag.go.id/file/dokumen/tulisankuttgchainwrittingdocx.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar