Rabu, 15 Januari 2014

KOMPONEN SIFAT DASAR MANUSIA DAN TUJUANNYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM

KOMPONEN SIFAT DASAR MANUSIA DAN TUJUANNYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Oleh: Moh. Miftahussirojudin, S.Ag, MM
Widyaiswara Muda BDK Surabaya

Abstrak:
Manusia mempunyai tiga komponen sifat dasar yang diakui sesuai dengan tabiatnya, yaitu
jasmani, ruh, dan akal. Allah memberikan jasmani supaya dipelihara dengan baik, ditiupkan
ruh supaya dalam segala kehidupannya bersandar hanya kepada Allah, dibekali akal supaya
digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu Allah. Jasmani berhubungan dengan tingkah laku,
sehingga tujuan pendidikan jasmani adalah pembentukan moral yang tinggi dan Islami.
Tujuan pendidikan ruh adalah peningkatan jiwa dari kesetiaannya yang hanya kepada Allah
semata, serta mengaplikasikan moralitas Islami yang telah diteladankan ke dalam
tingkahlaku kehidupan Rasulullah SAW yang merupakan bagian pokok dalam tujuan umum
pendidikan. Tujuan pendidikan akal adalah mengembangkan intelegensi yang mengarahkan
manusia sebagai individu untuk mengembangkan ketrampilan mental, serta dapat
menemukan kebenaran yang hakiki (ada bukti-bukti relevan) atas ilmu-ilmu yang diberikan
oleh Allah.
Kata kunci: tiga komponen dasar, tujuan pendidikan, ketrampilan mental
Pendahuluan
Dalam tubuh manusia, komponen-komponen sifat dasar yang diakui sesuai dengan
tabiatnya adalah tubuh, ruh, dan akal. Ketiga komponen tersebut juga menjadi obyek dalam
tujuan pendidikan Islam sesuai dengan suplemen masing-masing dan harus dipelihara sebaikbaiknya.
Kegagalan dalam mencapai hasil memproduksi kepribadian yang baik, akan
menyebabkan hasilnya kurang kualified bagi pribadi manusia tersebut. Kesehatan jasmani
menjadi salah satu modal dalam menapaki kehidupan di dunia ini. Dalam sebuah hadits nabi
dijelaskan bahwa; “Orang mukmin yang kuat lebih dibaik dan lebih disayangi daripada orang
mukmin yang lemah”. Kekuatan disini bisa diartikan secara luas, yaitu kuat dalam segi
keimanan, maupun dari segi fisik dan mentalnya. Kekuatan jasmani (fisik) juga dikisahkan
dalam Al-Qur’an surat Al-qashash ayat 26 yang berbunyi:
ִ☺   
ִ
֠
*+ , '( ִ) %& $ " #
*7 1     34 ,56 # /012 # -. ִ " #
” Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: Ya bapakku, ambillah ia sebagai orang yang
bekerja (pada kita), karena sesunggguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk
bekerja adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya” (Alqur’an Terjemah: 1999).
2
Jika salah satu komponen mengalami kehancuran, maka komponen yang lain akan
mengalami kegoyahan dalam mempertahankan keutuhan dan kebulatan. Ini bisa diartikan
bahwa manusia dalam pendidikan ini, menurut DR. Abdurrohman Saleh Abdullah: 2005;
mempunyai tiga tujuan pokok yang saling terkait, yakni tujuan secara jasmaniah (ahdaf aljismiyah),
tujuan ruhani (ahdaf al-ruhiyyah), dan tujuan mental (ahdaf al-‘aqliyah).
Komponen Dasar Manusia dan Tujuan Pendidikannya
1. Jasmani dan Tujuan pendidikannya
Kebugaran fisik sangat mempengaruhi kualitas manusia. Dalam dunia
pendidikan, tujuan ke arah ketrampilan-ketrampilan fisik dianggap sangat perlu bagi
teguhnya keperkasaan tubuh yang sehat. Disamping itu juga bertujuan menghindari
situasi yang dapat mengancam kesehatan fisik para peserta didik. Dalam Islam juga
dijelaskan melalui sabda Rasulullah, beliau mengatakan bahwa seorang mukmin yang
kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada orang mukmin yang lemah. Kata
kuat dalam hadits tersebut bisa diartikan kuat jasmaninya (H.M. Arifin: 2003).
Kita juga ingat slogan dalam dunia kesehatan, bahwa akal yang sehat terdapat
pada jasmani yang sehat. Segala aktifitas yang dapat menumbuh-kembangkan
kesehatan fisik sangat dianjurkan, sedangkan kebiasaan yang dapat membahayakan
perkembangan fisik harus ditekan sekecil mungkin. Pendidikan jasmani dalam Islam
harus diberikan dengan selalu mengacu pada fakta-fakta yang ada. Ketika jasmani
difungsikan secara salah, atau menyimpang dari pendidikan Islam, maka serta merta
kita sebagai pendidik harus mengembalikan melalui pemberitahuan bahwa sikap yang
dilakukan adalah salah dan tidak sesuai dengan norma ajaran Islam.
Kebersihan jasmani dan penampilan sikap yang baik dapat dicatat sebagai
teladan dari kebiasaan-kebiasaan yang kita harapkan. Jangan sampai anak didik kita
menyalahgunakan kesehatan, kebersihan, dan kelengkapan jasmani untuk hal-hal
yang dapat menghancurkan kesehatan, kebersihan dan kelangkapan jasmani itu
sendiri. Bagaimanapun juga, apabila kita kembali kepada Qur’an yang menjunjung
tinggi kekuatan fisik, itu merupakan tindakan yang memperlihatkan kita tentang
adanya keterkaitannya dengan ilmu pengetahuan, kekuatan jasmani dengan ketulusan
3
dan kesucian jiwa, sehingga melahirkan ketercapaian tujuan utama dalam pendidikan
Islam, yaitu pembentukan moral yang tinggi (Athiyah Al-Abrasyi: 1990).
2. Ruhani dan tujuan pendidikannya
Kata Ruh dalam Al-Qur’an menurut Hasan Langgulung (1987) menunjukkan
pemberian hidup oleh Allah kepada manusia. Tujuan ruhani dalam pendidikan Islam
atau diistilahkan ahdaf al-ruhaniyyah adalah peningkatan jiwa dari kesetiaannya yang
hanya kepada Allah semata, serta mengaplikasikan moralitas Islami yang telah
diteladankan ke dalam tingkahlaku kehidupan Rasulullah SAW yang merupakan
bagian pokok dalam tujuan umum pendidikan. Rasulullah adalah contoh edukatif
yang sempurna bagi manusia, beliau memberi arahan kepada kita semua supaya
mengoptimalkan potensi akal, fisik, dan ruh, agar dapat bekerjasam dan saling
menopang dalam mencapai tujuan yang luhur (Abdurrohman An-Nahlawy: 1992).
Pribadi yang benar-benar melaksanakan tujuan ruhaniyahnya adalah pribadi
yang betul-betul menerima ajaran Islam, menerima keseluruhan cita-cita ideal yang
terdapat dalam Al-Qur’an. Ideal-ideal yang dimaksud adalah mengantarai aspekaspek
pribadi sebagai suatu kedirian atau sebagai anggota kelompok masyarakat
untuk memelihara pribadi masing-masing dan untuk hadir dalam menyumbangkan
tali persaudaraan. Ideal-ideal Qur’ani harus dijunjung tinggi, sementara meragukan
Qur’an harus ditolak secara tegas. Orang yang meragukan cita-cita Qur’ani dapat
digambarkan sebagai orang yang mempunyai penyakit di dalam hatinya. Ini berarti
seperangkat cita-cita sebagai tujuan kependidikan mengharuskan beberapa sikap
antagonistik. Pemurnian dan penyucian diri manusia secara individual dari sikap
negativ serupa adalah prioritas paling utama. Eksistensi ruh bagi manusia mampu
mengangkat derajatnya. Maka penggunaan istilah ruhiyyah dalam rujukan ideal
Qur’ani secara implisit menunjukkan maksud yang diperhalus ataupun sasaran
idealistik dalam rangka tujuan pendidikan Islami.
3. Akal dan Tujuan Pendidikannya
Setelah kita membicarakan tentang tujuan pendidikan fisik dan ruh, sekarang
kita membahas tujuan pendidikan akal (ahdaf al-‘aqliyyah) yang memfokuskan pada
4
perhatian perkembangan intelegensi yang mengarahkan manusia sebagai individu
untuk dapat menemukan kebenaran yang hakiki. Perkembangan intelegensi manusia
selalu berkembang, dari mulai manusia itu dilahirkan hingga menjelang ajal.
Intelegensi menurut Wechler (Hamzah B. Uno: 2005) adalah kemampuan seseorang
untuk bertindak, dengan tujuan tertentu, berpikir secara rasional, serta menghadapi
lingkungan dengan efektif.
Manusia melalui akalnya telah menemukan beberapa pengertian tentang
sesuatu melalui berbagai sumber-sumber yang sahih. Dengan berbagai penemuannya
tersebut, manusia diberi kekuasaan dan kemampuan memberi nama terhadap
temuannya. Semua itu disebabkan adanya peran optimal dari akal yang telah Allah
berikan kepada manusia. Dalam hubungannya dengan dunia pendidikan, maka tugas
lembaga pendidikan tersebut adalah mengembangkan para peserta didik agar selalu
membaca dan menulis (selalu belajar) untuk meningkatkan berbagai ketrampilan.
Nabi Muhammad sendiri pertama kali wahyu yang diterima adalah tentang perintah
membaca. Dengan belajar (memanfaatkan akal), seseorang akan mengalami
perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, karena
hakekat belajar adalah suatu proses perubahan prilaku atau pribadi seseorang
berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu (Syaiful Sagala: 2006). Pendidikan
Islam mengacu pada tujuan memberi daya dorong menuju peningkatan kecerdasan
manusia.
Perbedaan pendapat dalam hal ilmu pengetahuan dan panggilan untuk
memahami kebenaran yang pasti dan tepat ketika menerima hal-hal yang baru
merupakan contoh sikap intelektualitas, dan inilah yang merupakan bagian dari tujuan
akal dalam pendidikan. Pendidikan yang dapat mencapai tujuan akal atau tujuan
pengembangan intelektual bagi para pencari ilmu, sebaiknya diiringi dengan
ketrampilan mental, serta bukti-bukti yang memadai dan relevan sesuai dengan apa
yang mereka pelajari.
Kesimpulan
Pembahasan pendidikan mengenai tujuan fisik, ruh, dan akal ini mengharapkan pada
setiap individu supaya memperoleh kebutuhan-kebutuhan dasariah yang diperlukan pada
5
sifat dasar manusia secara hakiki, dan dipelihara dengan sebaik-baiknya. Pada sistem
pendidikan seperti ini, tidak satupun kebutuhan-kebutuhan dasariah itu ditekan atau
digantikan, bahkan sebaliknya, lebih disesuaikan untuk menciptakan pribadi yang tenram dan
damai. Tujuan pendidikan jasmani adalah menciptakan moral yang tinggi dan Islami,
sedangkan tujuan pendidikan ruh adalah pemurnian dan penyucian diri kepada Allah, dan
tujuan pendidikan akal adalah mengembangkan intelegensi yang mengarahkan manusia
sebagai individu dalam mengembangkan ketrampilan mental, serta menemukan pengetahuan
baru dengan disertai bukti-bukti yang relevan sesuai dengan ilmu yang dipelajarinya.
Daftar Pustaka
Arifin, H.M. Prof, M.Ed. 2003. Ilmu Pendidikan Islam. Bumi Aksara: Jakarta.
Abdullah, Saleh, Abdurrohman, DR. 2005. Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an.
Rineka Cipta. Jakarta
Abbas, Arifin, Zainal, KH. 1984. Perkembangan Pikiran Terhadap Agama. Pustaka Al-
Husna. Jakarta
An-Nahlawi, Abdurrohman. 1992. Prinsip-Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam.
Diponegoro. Bandung
Al-Abrasyi, Athiyah. 1990. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Bulan Bintang. Jakarta
Depag RI. 1992. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Asy-Syifa’. Semarang
Langgulung, Hasan, Prof, DR. 1992. Asas-Asas Pendidikan Islam. Pustaka Al-Husna. Jakarta
Sagala, Syaiful, H, DR, M.Pd. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung
Uno. B. Hamzah, Dr, M.Pd. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Bumi
Aksara. Jakarta.

http://bdksurabaya.kemenag.go.id/file/dokumen/Komponensifatdasarmanusia.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar